Selasa, 15 Maret 2016

TASHRIF FI’IL MUDHORI





TASHRIF FI’IL MUDHORI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Hidayatul, S.S. , M.A










Disusun oleh : Trawiyadi  (1115007)
PROGRAM STUDI AHWALU ASY-SYAHSIYAH FALKUTAS SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA
TEMANGGUNG







KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
 
   Segala puji hanya bagi Alaah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahNya kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita yakni Sayyidina Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
    Rasa terima kasih Kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu Kami, baik berupa saran, masukan dan dorongan dan terkhusus kepada dosen pembimbing : Hidayatul, S.S. , M.A
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini walaupun dalam bentuk sederhana.
   Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan (tiada gading yang tak retak). Sebab itu, kritik dan saran yang kontruktif sangat Kami harapkan demi kesempurnaan makalah fiqih muamalah ini untuk masa mendatang.
   Akhirnya dengan harapan serta do’a, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi segala kalangan, amin.





                                                                                                            Temanggung, 10 Maret  2016


                                                                                                                    Trawiyadi









I

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………...............             i
Daftar Isi………………………………………………………………………….....            ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A.    Latar Belakang….....................………………………………………………………            1
B.    Rumusan Masalah…....................…………………………………………………...            1
BAB II PEMBAHASAN.........…………………....…………………………………            2
A.    Pengertian Tashrif Fi’il mudhori…………………................……………………….            2
B.    Kaidah – kaidah Tashrif fi’il mudhori.........……....................……………………….            2
C.   Ciri  - ciri Tashrif Fi’il mudhori .................................................................................            2


BAB III  PEMBAHASAN……………………………………………………………            4
A.    Pendapat Ulama tentang Asuransi……………….....................…………………….            4
B.    Tinjauan Fiqih tentang kontrak Asuransi………………………………....................            5
C.    Perbedaan antara Asuransi konvensional
Dan Asuransi syari’ah………………………………………………….....................            7
BAB IV PENUTUP………………………………….……………………................          8
A.    Kesimpulan……………………………………………………………......................            8
B.    Saran……………………………………………….....................……………………            8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..           iii



















i

BAB I
PENDAHULUAN

4.      LATAR BELAKANG
Sebagai umat islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-qu’an  dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh.
Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahiu kaidah kaidah bahasa arab, khususnya ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Qur’an dan Sunnah.
Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan kalangan umat islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar ilmu nahwu itu sulit, Sehingga banyak juga kalangan ummat islam yang merasa malas mungkin untuk mempelajari kaidah bahsa arab yang disebut dengan ilmu Nahwu dan Sharaf , Memang untuk saat ini ada hal yang praktis yaitu terjemahan baik itu al-Qur’an hadits serta kitab- kitab lain yang berbahasa arab dan itupula yang membuat segala hal menjadi mudah, maka dari itu pula seperti dalam mempelajari ilmuNahwu dan Sharaf pun untuk saat ini banyak buku yang menyertakan isi serta ilmunya dengan terjemahan ini diperuntukkan agar ummat islam mudah dalam mempelajari dan memahami kandungan serta isi al-Qur’an dan Sunnah.

B.       RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud tasrif fi’il mudhori
2.      Bagaimana kaidah – kaidah tasrif fi’il mudhori?
3.      Apa ciri – ciri tasrif fi’il mudhori?
4.      Bagaimana cara pengi’roban tasrif fi’il mudhori?








1

BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN TASRIF FI’IL MUDHORI
Tasrif adalah mengubah bentuk asal kalimat menjadi bentuk lain. Sedangkan Fi’il Mudhari’ digunakan untuk zaman hal (sedang) dilakukan, dan untuk zaman istiqbal (akan datang).
Jadi Tasrif Fi’il mudhori’ adalah perubahan dari satu makna menjadi beberapa makna  yang sedang dilakukan atau yang akan datang.

B.     KAIDAH –KAIDAH TASRIF FI’IL MUDHORI

Jika kita perhatikan pada kalimat يقراء الولد القران   , kalimat tersebut adalah kalimat Fi’liyah atau Jumlah Fi’liyah.
1.    جملة الفعلي 
Jumlah Fi’liyah adalah Jumlah yang terdiri dari Fiil dan Failnya . seperti dalam contoh didalam buku bahasa arab : يقراء الولد القران
2جملة السمية.
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubthada dan khabar .contohnya adalah : السيارة جميلة

B.     CIRI –CIRI TASHRIF FI’IL MUDHORI
Ciri –ciri tashrif fi’il mudhori sebagai berikut:

1.Tashrif untuk mereka (pria)
Dia (tunggal pria)
Mereka (jamak pria)
يذهب  = yadzhabu
يذهبون = yadzhabuuna

2.Tashrif untuk mereka (perempuan)
Dia (tunggal wanita)
Mereka (jamak wanita)
تذهب  = tadzhabu
يذهبن  = yadzhabna

3.Tashrif untuk anda (pria)
Anda (tunggal pria)
Anda sekalian (jamak pria)
تذهب  = tadzhabu
تذهبون  =  tadzhabuuna

4.Saya (pria dan wanita)
أذهب = adzhabu

3
5.Untuk membuat kata kerja yang akan datang dari fi’il mudhari.
Untuk menjadikan fi’il mudhari ini menjadi kata kerja yang berarti akan datang, kita hanya menambahkan huruf sin didepan kata kerja tersebut. Contoh:

Dia (pria) akan pergi =  سيذهب  ( sayadzhabu )

6. fi’il madhi dan fi’il mudhari.

Fi’il madhi
Fi’il mudhari
Dia tidak pergi  ke masjid: ما ذهب إلى المسجد
Dia tidak pergi ke masjid: لا يذهب إلى المسجد

Untuk fi’il madhi menggunakan maa (ما ), sedangkan fi’il mudhari menggunakan laa (لا ) 

7. Masdar (kata kerja tanpa subjek dan tense), oleh karena itu ia adalah Isim. Pada pelajaran ini, saya hanya mempelajari satu pola yaitu : فعول   (fu’uulun). Contoh:

Fi’il
Masdar
دخل   = dakhala
دخول  = dukhuulun     = masuk
خرج  = kharaja
خروج = khuruujun  = keluar
جلس  = jalasa
جلوس = juluusun = duduk

8.Tentang kata ammaa (أما ), artinya adalah : adapun. Contoh:


Subject
الضمير
Dia seorang laki-laki  ( satu orang )
هو
Dia laki-laki-laki ( 2 orang )
هما
Dia para laki-laki ( 3 orang atau lebih )
هم
Dia perempuan ( satu orang )
هي
Dia perempuan ( 2 orang )
هما
Dia para perempuan ( 3 orang atau lebih )
هن
Kamu seorang laki-laki
أَنت
Kamu dua orang laki-laki
أنتما
Kamu sekalian laki-laki ( 3 atau lebih)
أنتم
Kamu seorang perempuan
أَنتِ
Kamu dua orang perempuan
أنتما
Kamu sekalian perempuan ( 3 atau lebih )
أنتن
Saya
أنا
Kami
نحن
4
Contohnya adalah dari kata kerja : Menjaga atau menghafal  : حَفِظَ –يَحْفَظُ
المعنى
الفعل المضارع
لضمير
Dia seorang laki-laki Menjaga  ( satu orang )
يَحْفَظُ
هو
Dia laki-laki-laki Menjaga ( 2 orang )
يحفظان
هما
Dia para laki-laki Menjaga ( 3 orang atau lebih )
يحفظون
هم
Dia perempuan Menjaga ( satu orang )
تحفظ
هي
Dia perempuan Menjaga ( 2 orang )
تحفظان
هما
Dia para perempuan Menjaga (3 orang atau lebih )
يحفظن
هن
Kamu seorang laki-laki Menjaga
تحفظ
أَنت
Kamu dua orang laki-laki Menjaga
تحفظان
أنتما
Kamu sekalian laki-laki Menjaga ( 3 atau lebih)
تحفظون
أنتم
Kamu seorang perempuan Menjaga
تحفظين
أَنتِ
Kamu dua orang perempuan Menjaga
تحفظان
أنتما
Kamu sekalian perempuan Menjaga ( 3 atau lebih )
تحفظن
أنتن
Saya Menjaga
أحفظ
أنا
Kami menjaga
نحفظ
نحن
Contohnya adalah : Saya menghafal Al-Qur’an  : انا احفظ القران

D.      CARA PENGI’ROBAN .
القران
الولد
يقراء
المفعول
فاعل
فعل المضارع
Obyek
Subjek
Kata kerja (predikat )

Pola kalimat pelajaran ini dari format kalimat yang sempurna biasa terdiri :
  المفعول , ,فاعل   فعل المضارع susunan semacam ini dinamakan jumlah fi’liyah ( kalimat yang dimulai dengan fiil ) . adapun kalimat –kalimat yang yang didahului dengan isim disebut Jumlah Ismiyah  .
2.      Contoh Tasrif Fi’il Mudhari’
يَئاْمَلُ – يَئْا مَلَنِ – يَئْامَلُوْنَ – تَئْامَلُ – تَئْامَلاَنِ – يَئْامِلْنَ – تَئْامَلُ – تَئْامَلاَنِ – تَئْامَلُوْنَ – تَئْامَلْيْنَ – تَئْامَلاَنِ – تَئْامَلْنَ – ائْمَلُ - نَئْمَلُ
5
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1. Tasrif adalah mengubah bentuk asal kalimat menjadi bentuk lain. Sedangkan Fi’il Mudhari’ digunakan untuk zaman hal (sedang) dilakukan, dan untuk zaman istiqbal (akan datang). Tasrif Fi’il mudhori’ adalah perubahan dari satu makna menjadi beberapa makna  yang sedang dilakukan atau yang akan datang. di awali dengan huruf –huruf mudhari seperti hamzah (ء ) , nun (ن) , ya (ي) dan ta (ت).

2. Fail atau sering yang disebut subjek adalah kata benda  yang didahului dengan  kata kerja dalam fomat kalimat dan menunjukan atas perbuatan orang yang mengerjakan .

3. Mafulun bih adalah setiap kata benda  yang datang ketiga sesudah dalam tasrif fiil atau dalam format kalimat .
 .
B.       SARAN

Alhamdulillah tugas yang diamanatkan dosen kepada kami telah terselesaikan . kami mohon saran dan kritinya yang membangun apabila dalam makalah yang telah kami buat masih banyak kekurangan . kami sadar kami bukanlah manusia yang sempurna dan kami ingin menjadi orang yang lebih baik dari hari yang kemaren . sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain













6
DAFTAR PUSTAKA

Akrom Fahmi. 1995. Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moch Anwar. 2010. cet XVIII. Ilmu Sharaf. Bandung: Sinar Baru Algensindo.



























7